Rabu, 02 Oktober 2019

Reklamasi dan Rehabilitasi Tanah Akibat Tsunami


 Reklamasi dan Rehabilitasi Tanah Akibat Tsunami


  
           Kecamatan Lhoknga adalah wilayah kabupaten Aceh Besar yang pada saat 26 Desember 2004 silam yang mengalami tsunami besar. Tsuanami tersebut termasuk kategori wilayah kerusakan yang parah dengan intensitas kerusakan antara 60-75%. Sebagian besar areal pertanian terutama lahan persawahan, peka-rangan, dan tegalan, tidak dapat difungsikan lagi karena telah tertimbun oleh sampah dan sedimen serta bahan-bahan reruntuhan Gedung atau perumahan. Masalah utama yang berhubungan dengan kualitas lahan yang terkena dampak tsunami adalah meningkatnya salinitas tanah, ketebalan sedimen, menurunnya kualitas air, dan buruknya sistem sanitasi lingkungan. hasil investigasi terhadap dampak dan analisis sifat-sifat tanah, maka pola pemanfaatan lahan pertanian di Kecamatan Lhoknga dapat diarahkan sebagai berikut :

Lahan Kelas A (Low damaged area)
Kelas ini memiliki skor di bawah 8. Lahan dengan kelas ini dianggap tidak ada masalah yang utama di dalam reklamasi. Pencucian garam dapat dilakukan dengan cepat melalui curah hujan atau melalui pengaliran air permukaan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lahan ini segera dapat dimanfaatkan kembali untuk lahan pertanian dalam waktu kurang dari 3 bulan tanpa intervensi yang berat.
Ø  Rehabilitas tanah : Untuk menurunkan dan mengurangi tingkat salinitas tanah dapat digunakan bahan amelioran seperti CaSO4, pupuk kandang, dan S elementer.
Lahan Kelas B (Medium damaged area)
Lahan dengan kelas ini memerlukan intervensi khusus dalam mereklamasi tanah untuk mengemba-likan sifat-sifat permukaan lahan (permukaan lahan, lumpur, sedimen). Pencucian garam memerlukan air dalam jumlah yang banyak baik melalui curah hujan atau pemanfaatan air dari sumber-sumber yang lain. Tanpa rehabilitasi, lahan ini praktis tidak dapat dimanfaatkan.

Ø  Rehabilitas Tanah : Lapisan sedimen peril dipertimbangkan untuk dibuang dari lapisan tanah atas; perlu pencucian garam pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam waktu dan jumlah air yang banyak; perlu pembuatan bedengan untuk penanaman agar memudahkan daam pengelolaan kelebihan garam/salinitas. Contoh penanaman yang disarankan adalah terong, cabai, kacang tanah, padi, rumput gajah, nenas dan kelapa.

Lahan Kelas C (Highly damaged area)
Untuk kategori ini terdapat banyak rintangan untuk memperbaikinya dan mungkin tidak dapat ditanam pada musim berikutnya. Pada beberapa kasus, pemanfaatan lahan ini perlu didiskusikan lebih lanjut untuk kemungkinan dilakukan konversi ke penggunaan lainnya atau perlu dicari alternatif yang lain atau reorientasi.
Ø  Rehabilitasi Tanah : perlu pencucian garam pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam waktu dan jumlah air yang banyak; perlu pembuatan bedengan untuk penanaman agar memudahkan daam pengelolaan kelebihan garam/salinitas; perlu dipertimbangkan konversi penggunaan ke bidang lain seperti usaha perikanan darat, atau tanaman keras yang toleran seperti mangrove atau kelapa

Berikut ini ialah rencana reklamasi atau rehabilitasi tanah (lahan) akibat tsunami di Aceh :

A. Untuk Tanaman Padi Sawah
Ø  Bersihkan permukaan lahan dari sampah dan kotoran yang tertimbun tsunami
Ø  Bagi lahan kepada petakan-petakan sawah seluas kira-kira 25 m x 50 m atau 1.250 m2 per petak.
Ø  Buat parit-parit pembuang sedalam 40 cm dengan lebar sekitar 30 cm di sekitar petakan sawah untuk pencucian garam pada permukaan lahan
Ø  Lakukan pencucian garam dengan mengalirkan air irigasi yang tersedia. Jumlah/volume kebutuhan pencucian garam dan lamanya genangan perlu diteliti lebih jauh di lapangan dengan menggunakan metode Leaching requirement (Ayers, 1994).
Ø  Pada lahan kelas B, pencucian dapat dilakukan berkali-kali, kemudian perlu diberi bahan amelioran berupa gipsum (CaSO4) dengan dosis berkisar antara 2,0-5,0 ton ha-1.
Ø  Setelah pencucian (ECs <0,50 mS cm-1), lakukan pengolahan tanah sesuai keperluan
Ø  Lahan siap ditanam, dan dianjurkan menggunakan padi yang toleran dengan lahan salin (mis. IR-64).

B. Untuk Tanaman Lahan Kering Setahun (Palawija)
Ø  Bersihkan permukaan lahan dari sampah dan kotoran yang tertimbun tsunami
Ø  Buat pematang/bedengan tanam dengan dimensi lebar 30-60 cm dan kedalaman sekitar 40 cm dengan panjang sekitar 40-50 m.
Ø  Alirkan air irigasi hingga menggenangi areal tanam/bedengan dan biarkan hingga semalam.
Ø  Besok harinya, keringkan areal untuk mencuci kelebihan garam pada lapisan permukaan lahan. Ulangi pencucian hingga salinitas < 0,50 mS cm-1.
Ø  Untuk mengefektifkan pencucian, tambahkan bahan amelioran gipsum (CaSO4) dengan dosis berkisar antara 2,0-5,0 ton ha-1.
Ø  Setelah pencucian (ECs <0,50 mS cm-1), lakukan pengolahan tanah
Ø  Lahan siap ditanam dan dianjurkan menggunakan tanaman-tanaman yang toleran dengan lahan salin (misal: terong, kapas, cabai, kacang tanah, ubi kayu, semangka, selada, bawang, dan sejenisnya).
C. Untuk Tanaman Lahan Kering Tahunan
Ø  Untuk tanaman tahunan yang toleran salinitas seperti kelapa, setelah dilakukan pembersihan lahan, tanaman ini siap ditanam dengan jarak tanam tertentu tanpa perlu upaya rehabilitasi/reklamasi.
Ø  Namun, jika diinginkan dengan tanaman yang tidak toleran, maka upaya reklamasi seperti pencucian, pemberian, gipsum (CaSO4), dan pupuk kandang tetap diperlukan.
Ø  Untuk tanaman mangrove, tidak perlu perbaikan lahan yang berarti kecuali pada teknis penanaman saja yang perlu disesuaikan. 


Terimakasih.. 

sumber : 
Syakur, Basri H., Sufardi & Hatta M. 2012. Sifat Tanah dan Air yang Terpengaruh Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Flotarek. (7). 1-12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar