Reklamasi dan Rehabilitasi Tanah Akibat Tsunami
Kecamatan Lhoknga adalah wilayah
kabupaten Aceh Besar yang pada saat 26 Desember 2004 silam yang mengalami
tsunami besar. Tsuanami tersebut termasuk
kategori wilayah kerusakan yang parah dengan intensitas kerusakan antara
60-75%. Sebagian besar areal pertanian terutama lahan persawahan, peka-rangan,
dan tegalan, tidak dapat difungsikan lagi karena telah tertimbun oleh sampah
dan sedimen serta bahan-bahan reruntuhan Gedung atau perumahan. Masalah utama
yang berhubungan dengan kualitas lahan yang terkena dampak tsunami adalah
meningkatnya salinitas tanah, ketebalan sedimen, menurunnya kualitas air, dan
buruknya sistem sanitasi lingkungan. hasil investigasi terhadap dampak dan
analisis sifat-sifat tanah, maka pola pemanfaatan lahan pertanian di Kecamatan
Lhoknga dapat diarahkan sebagai berikut :
Lahan
Kelas A (Low damaged area)
Kelas ini memiliki skor di bawah 8. Lahan dengan kelas
ini dianggap tidak ada masalah yang utama di dalam reklamasi. Pencucian garam
dapat dilakukan dengan cepat melalui curah hujan atau melalui pengaliran air
permukaan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lahan ini segera dapat
dimanfaatkan kembali untuk lahan pertanian dalam waktu kurang dari 3 bulan
tanpa intervensi yang berat.
Ø
Rehabilitas tanah
: Untuk menurunkan dan mengurangi tingkat salinitas tanah dapat digunakan bahan
amelioran seperti CaSO4, pupuk kandang, dan S elementer.
Lahan
Kelas B (Medium damaged area)
Lahan dengan kelas ini memerlukan intervensi khusus
dalam mereklamasi tanah untuk mengemba-likan sifat-sifat permukaan lahan
(permukaan lahan, lumpur, sedimen). Pencucian garam memerlukan air dalam jumlah
yang banyak baik melalui curah hujan atau pemanfaatan air dari sumber-sumber
yang lain. Tanpa rehabilitasi, lahan ini praktis tidak dapat dimanfaatkan.
Ø Rehabilitas Tanah : Lapisan sedimen peril
dipertimbangkan untuk dibuang dari lapisan tanah atas; perlu pencucian garam
pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam waktu
dan jumlah air yang banyak; perlu pembuatan bedengan untuk penanaman agar
memudahkan daam pengelolaan kelebihan garam/salinitas. Contoh penanaman yang
disarankan adalah terong, cabai, kacang tanah, padi, rumput gajah, nenas dan
kelapa.
Lahan
Kelas C (Highly damaged area)
Untuk kategori ini terdapat banyak rintangan untuk
memperbaikinya dan mungkin tidak dapat ditanam pada musim berikutnya. Pada
beberapa kasus, pemanfaatan lahan ini perlu didiskusikan lebih lanjut untuk
kemungkinan dilakukan konversi ke penggunaan lainnya atau perlu dicari
alternatif yang lain atau reorientasi.
Ø Rehabilitasi Tanah : perlu pencucian garam pada
lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam waktu dan
jumlah air yang banyak; perlu pembuatan bedengan untuk penanaman agar
memudahkan daam pengelolaan kelebihan garam/salinitas; perlu dipertimbangkan
konversi penggunaan ke bidang lain seperti usaha perikanan darat, atau tanaman
keras yang toleran seperti mangrove atau kelapa
Berikut
ini ialah rencana reklamasi atau rehabilitasi tanah (lahan) akibat tsunami di
Aceh :
A. Untuk Tanaman Padi Sawah
Ø Bersihkan permukaan lahan dari sampah dan kotoran yang
tertimbun tsunami
Ø Bagi lahan kepada petakan-petakan sawah seluas
kira-kira 25 m x 50 m atau 1.250 m2 per petak.
Ø Buat parit-parit pembuang sedalam 40 cm dengan lebar
sekitar 30 cm di sekitar petakan sawah untuk pencucian garam pada permukaan
lahan
Ø Lakukan pencucian garam dengan mengalirkan air irigasi
yang tersedia. Jumlah/volume kebutuhan pencucian garam dan lamanya genangan
perlu diteliti lebih jauh di lapangan dengan menggunakan metode Leaching
requirement (Ayers, 1994).
Ø Pada lahan kelas B, pencucian dapat dilakukan
berkali-kali, kemudian perlu diberi bahan amelioran berupa gipsum (CaSO4) dengan dosis
berkisar antara 2,0-5,0 ton ha-1.
Ø Setelah pencucian (ECs <0,50 mS cm-1), lakukan
pengolahan tanah sesuai keperluan
Ø Lahan siap ditanam, dan dianjurkan menggunakan padi
yang toleran dengan lahan salin (mis. IR-64).
B. Untuk Tanaman Lahan Kering
Setahun (Palawija)
Ø Bersihkan permukaan lahan dari sampah dan kotoran yang
tertimbun tsunami
Ø Buat pematang/bedengan tanam dengan dimensi lebar
30-60 cm dan kedalaman sekitar 40 cm dengan panjang sekitar 40-50 m.
Ø Alirkan air irigasi hingga menggenangi areal
tanam/bedengan dan biarkan hingga semalam.
Ø Besok harinya, keringkan areal untuk mencuci kelebihan
garam pada lapisan permukaan lahan. Ulangi pencucian hingga salinitas < 0,50
mS cm-1.
Ø Untuk mengefektifkan pencucian, tambahkan bahan
amelioran gipsum (CaSO4) dengan dosis berkisar antara 2,0-5,0 ton ha-1.
Ø Setelah pencucian (ECs <0,50 mS cm-1), lakukan
pengolahan tanah
Ø Lahan siap ditanam dan dianjurkan menggunakan
tanaman-tanaman yang toleran dengan lahan salin (misal: terong, kapas, cabai,
kacang tanah, ubi kayu, semangka, selada, bawang, dan sejenisnya).
C. Untuk Tanaman Lahan Kering
Tahunan
Ø Untuk tanaman tahunan yang toleran salinitas seperti
kelapa, setelah dilakukan pembersihan lahan, tanaman ini siap ditanam dengan
jarak tanam tertentu tanpa perlu upaya rehabilitasi/reklamasi.
Ø Namun, jika diinginkan dengan tanaman yang tidak
toleran, maka upaya reklamasi seperti pencucian, pemberian, gipsum (CaSO4), dan pupuk
kandang tetap diperlukan.
Ø Untuk tanaman mangrove, tidak perlu perbaikan lahan
yang berarti kecuali pada teknis penanaman saja yang perlu disesuaikan.
Terimakasih..
sumber :
Syakur, Basri H., Sufardi & Hatta M. 2012. Sifat Tanah dan Air yang Terpengaruh Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Flotarek. (7). 1-12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar