(MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR)
"KOMPONEN PEMBELAJARAN"
1. Karakteristik Siswa
Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar.
Perkembangan fisik siswa terjadi secara eksternal dan internal. Secara ekternal meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, komposisi tubuh, organ dan ciri-ciri seks sekunder. Secara internal meliputi sistem pencernaan, peredaran darah, pernapasan, endokrin, jaringan tubuh, dan jaringan otak.
Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar.
Perkembangan fisik siswa terjadi secara eksternal dan internal. Secara ekternal meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, komposisi tubuh, organ dan ciri-ciri seks sekunder. Secara internal meliputi sistem pencernaan, peredaran darah, pernapasan, endokrin, jaringan tubuh, dan jaringan otak.
Pembelajaran dengan pendekatan active
learning ,game-based learning , atau aktivitas lain yang yang mengakomodir
kinestetik siswa dapat dikembangkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Selain itu, pembelajaran di luar ruangan dapat menjadi opsi guru
untuk menyisipkan aktivitas fisik.
Adapun karakteristik siswa adalah sebagai berikut:
1. Senang
membandingkan kaedah – kaedah, nilai – nilai etika atau norma dengan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa
2. Kecenderungan
ambivalensi, antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi kebutuhan bimbingan dan
bantuan dari orang tua
3. Mulai timbulnya ciri – ciri seks sekunder
4.Terjadinya
ketidakseimbangan proposi tinggi dan berat badan.
2. Materi Pembelajaran Fisika
Pengetahuan, pengetahuan adalah semua yang diketahui manusia tanpa harus mempertimbangkan benar dan salah, serta tanpa menghiraukan sumbernya.
Ilmu Pengetahuan, adalah Pengetahuan yg telah diuji kebenarannya melalui
Metode Ilmiah.
Ilmu Pengetahuan terbagi menjadi menjadi dua, yaitu IPA dan IPS. Pada IPA terbagi lagi menjadi Fisika, Kimia dan Biologi
Anatomi Fisika:
a. hukum, merupakan fakta atau gejala alam, telah diuji kebenarannya, bersifat universal, digunakan untuk meramalkan kejadian/keadaan pada kondisi tertentu.
b. Teori, merupakan penjelasan mengapa kenyataan itu terjadi. Seperangkat pengertian (konsepsi), definisi dan proposisi yg
saling berkaitan, yg menyajikan suatu pandangan yg sistimatis dari berbagai
fenomena dg mengungkapkan hubungan yg spesifik antar variabel
c. Postulat, adalah Suatu anggapan dasar yg kebenarannya sudah dianggap benar.
Bagi sebagian besar masih mungkin bertanya : apa tujuan kita belajar fisika? Pertanyaan tersebut wajar bagi orang pemula yang baru masuk belajar fisika. Perlu diketahui bahwa tujuan kita belajar fisika memang sangat banyak sekali tergantung ke arah mana kita mendalaminya. Karena fisika itu sendiri cukup luas cakupannya. Pertama belajar merupakan suatu upaya untuk tahu, faham dan mengerti dari yang belum tahu. Nah setelah itu kita mungkin mengarah ke sejumlah pilihannya untuk apa sejumlah pengetahuan itu dan cara kerja ilmu fisika itu kita gunakan.
Contoh : Molekul berbentuk bulat dan
elastis
d. Azaz, adalah Suatu pernyataan yg mengandung kebenaran yg mendasar dan
berlaku umum.
Contoh : Azas Black.
e. Konsep,
Elemen-elemen Konsep
- Nama Konsep = istilah utk suatu kategori, benda, fenomena, pengalaman dll.
- Contoh positif dan negatif = gambara atau bentuk nyata dari konsep.
- Ciri-ciri Esensial dan Non-Esensial
- Nilai dari ciri-ciri = kualitas
Contoh: besi memuai
g. Prosedur, Susunan langkah-langkah yg diperlukan utk mencapai suatu
tujuan, mengatasi masalah atau menghasilkan suatu produk
Contoh : langkah-langkah pembuatan magnet
3. Tujuan Pembelajaran
Dari
ribuan bahkan ratusan juta tahun yang lalu fisika sudah dipelajari
orang. Terbukti dari banyaknya ahli fisika di seluruh jagat raya ini.
Tokoh fisika yang sangat berpengaruh dalam mengubah dunia misalnya
Galileo Galilei yang dilahirkan pada tanggal 15 Januari 1564 di kota
Pisa, Italia. Temuannya yang paling fenomenal adalah teleskop. Galileo
dianggap sebagai salah satu penyumbang terbesar bagi dunia sains modern.
Demikian juga Albert Einstein yang dilahirkan di Ulm, Wurttemberg,
Jerman pada tanggal 14 Maret 1879. Ia adalah ahli fisika teori terbesar
abad ke-20, seorang doktor, guru besar, pengarang, penemu teori
relativitas khusus dan teori relativitas umum yang dirumuskan dalam
persamaan matematisnya yang sangat terkenal E = mc2.
Bagi sebagian besar masih mungkin bertanya : apa tujuan kita belajar fisika? Pertanyaan tersebut wajar bagi orang pemula yang baru masuk belajar fisika. Perlu diketahui bahwa tujuan kita belajar fisika memang sangat banyak sekali tergantung ke arah mana kita mendalaminya. Karena fisika itu sendiri cukup luas cakupannya. Pertama belajar merupakan suatu upaya untuk tahu, faham dan mengerti dari yang belum tahu. Nah setelah itu kita mungkin mengarah ke sejumlah pilihannya untuk apa sejumlah pengetahuan itu dan cara kerja ilmu fisika itu kita gunakan.
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
- Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Allah SWT.
- Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
- Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan manafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
- Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
- Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Asesment Pembelajaran
A. Definisi Asesmen
Perlu difahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan tes, evaluasi dan asesmen. Tes adalah mengukur kemampuan dengan soal-soal. Evaluasi adalah aktifitas yang di dalamnya terdapat aktifitas pengukuran dan penilaian (membandingkan) yang kemudian memaknai hasilnya.
Sedangkan asesmen adalah serangkaian proses yang di dalamnya terdapat aktifitas tes dan evaluasi dalam rangka memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kemampuan dan hambatan belajar yang dimiliki oleh anak sehingga berdasarkan gamabaran/data itu dapat diambil keputusan untuk menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajar anak. Sejalan dengan definisi berikut bahwa asesmen adalah mengumpulkan informasi yang relevan, sabagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut (Mcloughlin and Lewis, 1986:3; Rochyadi & Alimin 2003:44; Sodiq, 1996; Fallen dan Umansky, 1988 dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:80). Demikian pula dengan apa yang dinyatakan oleh McLEan, Wolery, dan Bailey (2004 dalam Rahardja, Dajdja, 2006:14) bahwa asesmen merupakan istilah umum yang berhubungan dengan proses pengumpulan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan.
B. Tujuan Asesmen
1. Screening/penyaringan. Untuk mengidentifikasi anak-amak yang memiliki kebutuhan khusus.
2. Diagnosis. Untuk menentukan jenis dan berat/ringannya kebutuhan khusus.
3. Perencanaan program
4. Penempatan
5. Grading/Penilaian
6. Evaluation
7. Prediction. Untuk memperkirakan potensi atau kinerja anak atau kelompok anak dimasa dating
8. Guidance. Dapat digunakan untuk bimbngan sehubungan karir.
C. Pendekatan Asesmen
1. Asesmen Formal
Asesmen formal adalah asesmen standar atau asesmen yang menggunakan instrumen baku, misalnya WISC (tes kecerdasan), PMC, Basal Reading Tes Minosetta, dll. Instrumen tersebut telah mengalami standarisasi melalui eksperimen yang ketat dengan jumlah sampel yang sangat banyak.
2. Asesmen Informal
Asesmen informal adalah asesmen yang dibuat dan dikembangkan oleh guru berdasarkan aspek-aspek perkembangan atau kurikulum yang berkaitan dengan kemampuan belajar anak. Asesmen informal ini hanya berlaku kasuistis, maksudnya berlaku pada komunitas anak dimana guru itu membuat dan menerapkan asesmen. Belum tentu sesuai atau cocok diterapkan pada komunitas anak ditempat lain.
D. Subjek Asesmen
Siapakah yang perlu diasesmen? Tentunya semua anak membutuhkan asesmen ini. Semua anak harus memperoleh hak pendidikan dan hak belajarnya maka semua anak perlu memperoleh proses asesmen agar hak pendidikan dan hak belajarnya terpenuhi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Anak pada umumnya membutuhkan asesmen, terlebih lagi anak-anak berkebutuhan khusus yang rentan terhadap kegagalan dalam proses pembelajaran. Semua anak berkebuthan khusus harus diasesmen sebelum mereka memulai proses pembelajaran.
Semua subjek akan memperoleh strategi, lingkup, dan teknik asesmen yang sama. Perbedaannya terletak pada prosedur dan item-item soal dan instruksi yang ada dalam proses asesmen. Faktor usia juga menentukan bentuk item soal dan evakuasi yang akan diberikan. Misalnya asesmen membaca permulaan pada anak tunagrahita akan berebda dengan anak pada umumnya. Item-item soal pada anak tunagrahita harus memiliki instruksi yang jelas bahkan perlu dibuat dengan bahasa atau simbol yang sesuai dengan pekembangan anak tunagrahita. Namun pada prinsipnya asesmen bagi semua anak adalah sama.
E. Strategi
1. Asesmen Statis
Asesmen statis adalah asesmen yang dilakukan berdasarkan pola waktu yang telah ditentukan. Misalnya dilakukan pada awal masuk sekolah atau tahun pelajaran baru, tengah semester dan akhir semester.
2. Asesmen Dinamis
Asesmen dinamis adalah asesmen yang dilakukan tanpa terikat oleh pola waktu. Asesor terus melakukan penilaian, pengukuran dan evaluasi sepanjang perkembangan anak dalam proses belajar atau kehidupannya. Setiap hasil asesmen menjadi baseline bagi asesmen berikutnya.
F. Lingkup
1. Asesmen berbasis Perkembangan
– Kognitif
– Sosial – Emosi
– Fisik – Motorik
2. Asesmen berbasis Kurikulum
– Bahasa (bicara, mendengarkan, membaca, menulis)1. Asesmen berbasis Perkembangan
– Kognitif
– Sosial – Emosi
– Fisik – Motorik
2. Asesmen berbasis Kurikulum
– Bahasa (bicara, mendengarkan, membaca, menulis)
– Aritmatika/Matematika
– Aritmatika/Matematika
G. Teknik
Tekniknya meliputi tes, evaluasi, wawancara, observasi, dan analisis pekerjaan anak. Dalam satu proses asesmen, biasanya semua teknik itu digunakan, tidak hanya satu teknik saja.
H. Prosedur
Prosedurnya tergantung pada lingkup asesmen yang akan dilakukan dan tergantung subjeknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar